Selasa, 02 November 2010

TEKNIK PENDEKATAN UNTUK MEMPENGARUHI KEPUTUSAN KONSUMEN

II. Teknik Pendekatan Stimulus Respon

Menurut saya teknik pendekatan stimulus respon dalam mempengaruhi konsumen ialah bagaimana cara pelayanan yang diberikan kepada konsumen agar menarik suatu pelanggan.
Dan bagaimana cara kita memasarkan produk kepada konsumen agar meluas.
teknik ini merupakan teknik penyampaian ide-ide atau pengetahuan tentang suatu produk dan merek Kepada konsumen agar konsumen tertarik atau termotivasi untuk mengambil keputusan membeli produk-produk yang disampaikan itu. Dengan kata lain, pemilik toko atau pramuniaga memberikan stimulus berupa produk-produk yang ada dalam toko, kemudian diharapkan konsumen dapat meresponnya secara positif. Misalnya seorang ibu menanyakan. pakaian untuk bayi, maka pramuniaga memberikan informasi tentang merek, kualitas, dan warna berbagai macam pakaian bayi. Kemudian konsumen diarahkan untuk membeli di antara alternatif yang cenderung mendapat perhatian atau tanggapan positif dari ibu tersebut. Dengan demikian si ibu akan lebih mudah mengambil keputusan.
II. Teknik Pendekatan Humanistik
menurut saya teknik tersebut merupakan teknik bersama dimana keputusan ada ditangan konsumen ,mereka bebas .contohnya :menawar harga,mengganti produck dengan yang baru apabila ada kerusakan pada produk tersebut.
Teknik ini merupakan teknik pendekatan yang bersifat manusiawi. Dalam teknik ini keputusan membeli sepenuhnya diserahkan kepada konsumen yang bersangkutan. Pemilik toko atau pramuniaga hanya lebih bersifat menyediakan berbagai jenis produk, merek, warna, kualitas, dan memberikan informasi tentang manfaat, kebaikan dan kelemahan yang terdapat pada masing-masing produk yang tersedia.
III. Teknik Pendekatan Kombinasi antara Stimulus-Respon dan Humanistik.
Teknik ini merupakan teknik pendekatan dari hasil kombinasi antara teknik stimulus-respon dan teknik humanistik, pemilik toko atau pramuniaga dalam menghadapi konsumen lebih bersifat mengkondisikan perilaku yang memungkinkan konsumen terimotivasi untuk membeli, namun keputusan membelinya diserahkan kepada konsumen.
Misalnya baring;-haring; (IiSLISUII dengan berbagai bentuk yang menarik konsumen, display baring disusuii teratur yang memungkinkan menjadi pusat perhatian koiiRlmoti, produk ditampilkan dengan berbagai merek yang menarik.IV. Teknik Pendekatan Dengan Komunikasi yang PersuasifTekok ini merupakan teknik pendekatan dengan. menggunakan komunikasi persuasif .

IV. TEKNIK MENJUAL PERSUASIF.
Teknik presentasi yang jelas, ringkas dan persuasif; Mampu menentukan pilihan suara, cara artikulasi, bahasa tubuh, kontak mata dan gerak gerik tubuh. Hubungan Teknik Komunikasi Persuasif Bidan Kepada Pasien.dan dosen kepada mahasiswa.dlln.
SUMBER :
HASIL PEMIKIRAN SAYA REZA H. N.
WWW.GOOGLE.COM
WWW.BLOGER.COM

Faktor Budaya Sebagai Faktor Penentu Perilaku Konsumen

Konsumen adalah individu yang mempunyai warna tersendiri tiap-tiap individunya, sebagai pemasar kita perlu memahami konsep pemikiran mereka dengan mereka faktor yang mempengaruhi konsumen, seperti faktor -faktor kebudayaan.

Faktor-faktor kebudayaan berpengaruh luas dan mendalam terhadap perilaku konsumen. Kita akan membahas peranan yang dimainkan oleh kebudayaan, sub budaya, dan kelas sosial pembeli.

Kebudayaan
Adalah faktor penentu keinginan dan perilaku seseorang yang paling mendasar. Jika makhluk yang lebih rendah perilakunya sebagian besar diatur oleh naluri, maka perilaku manusia sebagian besar adalah dipelajari.
Anak yang dibesarkan dalam sebuah masyarakat mempelajari seperangkat nilai dasar, persepsi, preferensi, dan perilaku melalui sebuah proses sosialisasi yang melibatkan keluarga dan berbagai lembaga penting lainnya. Karena itu, seseorang anak yang dibesarkan dalam kebudayaan tertentu akan mempunyai nilai-nilai kebudayaan tertentu pula (seperti nilai prestasi dan keberhasilan, aktivitas, efisiensi, dan kepraktisan, kemajuan, kenyataan, kenyamanan material, individualisme, kebebasan, kenikmatan eksternal, kemanusiaan dan sikap serta jiwa muda).

Sub Budaya
Setiap budaya mempunyai kelompok-kelompok sub budaya yang lebih kecil yang merupakan identifikasi dan sosialisasi yang khas untuk perilaku anggotanya.

Kelas Sosial
Sebenarnya, semua masyarakat manusia menampilkan lapisan-lapisan sosial. Lapisan-lapisan sosial ini kadang-kadang berupa sebuah sistem kasta dimana para anggota kasta yang berbeda memikul peranan tertentu dan mereka tak dapat mengubah keanggotaan kastanya. Malah lebih sering lapisan sosial itu berbentuk kelas sosial. Kelas sosial adalah sebentuk kelompok yang relatif homogen dan bertahan lama dalam sebuah masyarakat yang tersusun dalam sebuah urutan jenjang dan para anggota dalam setiap jenjang itu memiliki nilai, minat dan tingkah laku sama.

Berbagai Fakta Tentang Berperilaku Berbelanja

Saat ini, perkembangan pusat perbelanjaan di Indonesia semakin meningkat tajam. Hal ini bisa menjadi salah satu indikator daya beli masyarakat Indonesia yang cenderung meningkat perlahan namun pasti. Mungkin di antara kita pun merasakan bahwa tempat belanja di Indonesia mengalami pertumbuhan dan pergeseran. Kalau kita cermati, konsumen Indonesia cenderung lebih menyukai berbelanja di modern outlet dibandingkan traditional outlet. Terbukti dengan ekspansi minimarket modern sepeti Alfamart dan Indomart yang begitu aggresive.


.GAYA BELANJA ,PERBEDAAN ORANG YANG EKONOMINYA MEMADAI DAN YANG EKONOMINYA LEMAH .


Ekonomi yang memadai :
- mereka lebih sering berbelanja di mall dan supermarket
- ketika membayar belanjaan mereka menggunakan ATM atau credit cart.
- Kebiasan mereka berbelanja tidak pada tujuan yang ingin di beli.,
- Berbelanja selalu mencari mutu dan kualitas serta harga mahal.

Ekonominya yang lemah :

-Beda dengan kondisi ekonominya yang lemah ketika berbelanja pada suatu tempat mereka lebih mencari kebutuhan mereka .
-Dan ketika berbelanja mereka akan mencari harga yang sesuai dengan kondisi keuangan mereka.
-Mereka lebih sering berbelanja di pasar tradisional.

II. Cara berbelanja pria :

Berbicara tentang gaya belanja dan pusat perbelanjaan, saya ingin mencoba berdiskusi tentang perilaku belanja pria single dan telah menikah. , kedua kategori ini memiliki perbedaan dalam perilaku belanja dan pemilihan shopping outlet. Selain itu, perkembangan pusat belanja modern pun telah menciptakan persepsi tersendiri tentang belanja di kalangan pria. Semoga tulisan sederhana yang saya buat ini bisa dijadikan informasi tambahan dan topik diskusi untuk kita semua.
Pada dasarnya konsumen berbelanja untuk mendapatkan manfaat yang bersifat emotional dan functional. Dari sisi emosional, konsumen berbelanja untuk mendapatkan hiburan/refreshing, cara/kegiatan bersantai, kesempatan untuk mendapatkan informasi/hal baru, bersosialisasi dengan teman, dan menghabiskan waktu dengan teman atau keluarga. Sedangkan dari sisi fungsional, belanja dilakukan untuk mendapatkan barang yang diinginkan dan dibutuhkan, mendapatkan harga dan barang terbaik.
Mungkin dulu aktivitas berbelanja lebih cenderung menjadi kegiatan wanita. Namun saat ini banyak pria menilai bahwa berbelanja dianggap sebagai salah satu tugas dari pria. Namun pria single dan yang telah menikah memiliki persepsi serta perilaku yang tentu berbeda meskipun keduanya tetap memiliki persamaan mendasar ketika berbelanja seperti pria akan lebih cenderung untuk loyal kepada brand yang sebelumnya telah digunakan dibandingkan wanita.
Secara umum pria memiliki urutan tertentu ketika berbelanja. Sebagian besar pria akan mengunjungi bagian elektronik pertama kali, kedua bagian kebutuhan pokok, ketiga makanan ringan dan minuman, keempat kategori toiletries, kelima fresh foods, dan terakhir adalah food court.
Pria single menganggap kegiatan belanja adalah entertaining and socializing activities sedangkan pria yang telah menikah menilai belanja sebagai media untuk mendapatkan waktu berkualitas bersama keluarga. Pria yang telah menikah akan lebih mengedepankan kebutuhan keluarga dibandingkan diri sendiri ketika berbelanja dan akan lebih mengontrol setiap pengeluaran.
Disamping itu, loyalty program pun akan mendapatkan feedback yang berbeda dari pria single dan yang telah menikah. Pria single tidak merasakan keuntungan lebih dari adanya loyalty program dan sebaliknya untuk pria yang telah menikah. Pria yang telah menikah menilai loyalty program akan memberikan manfaat besar untuk mendapatkan diskon dan special offer. Ketertarikan terhadap loyalty program pun dipengaruhi oleh besarnya anggaran untuk berbelanja.
Konsumen pria pun menentukan channel belanja disesuai dengan tujuan berbelanja. Minimarket akan cenderung dipilih jika hanya berbelanja dalam jumlah yang besar. Hypermarket dipilih jika akan berbelanja dalam jumlah kapasitas besar misalkan belanja bulanan. Dan supermarket dipilih oleh konsumen jika selain berbelanja, mereka pun ingin memenuhi kebutuhan bersosialisasi.
Selain itu, citra outlet pun akan mempengaruhi keputusan berbelanja. Berdasarkan survey Nielsen, Giant dan Carrefour lebih banyak dikunjungi oleh konsumen pria dibandingkan Hero dan supermarket yang lainnya. Hero dinilai sebagai supermarket yang cenderung lebih ”wanita”, dinilai sebagai high class supermarket karena memiliki product range yang dilengkapi oleh imported brand ternama, dan biasanya berada di kawasan berbelanja seperti mall.
Giant dipersepsikan sebagai supermarket yang sering memberikan diskon dan dilengkapi oleh free parking; food court; play ground. Dikategorikan sebagai supermarket yang memiliki harga murah sesuai dengan tag line Giant yaitu Lebih Murah dan Hemat. Terakhir adalah Carrefour yang merupakan salah satu hypermarket yang memiliki pertumbuhan luar biasa di Indonesia. Dari segi pelayanan, Carrefour dinilai sangat baik untuk program customer loyalty serta memberikan fasilitas tambahan seperti
Sebagai kesimpulan bahwa pesatnya pertumbuhan pusat belanja di Indonesia ternyata diiringi dengan perubahan perilaku konsumen pria ketika berbelanja dan memilih tempat belanja. Hal ini membuat manajemen pusat perbelanjaan untuk lebih sensitive melihat perubahan perilaku konsumennya untuk tetap bertahan di era persaingan yang semakin kompetitif.
Pernahkah kita bertanya-tanya mengapa kita lebih menyukai cokelat daripada vanili, film aksi daripada film drama atau musik rock daripada jazz? Alasannya mungkin telah muncul jauh sebelum kita lahir dan telah tumbuh kembang dari nenek moyang kita dahulu kala.
Dan hasil analisis dengan menggunakan paket program SPPSS menunjukkan bahwa ada enam faktor utama yang mempengaruhi konsumen dalam memilih pasar swalayan yang dikunjunginya dan ada tujuh faktor yang menjadi pertimbangan utama dalam membeli barang di pasar swalayan. Adapun faktor-faktor tersebut adalah faktormutu barang, faktor harga barang, faktor kecepatan pelayanan, faktor kenyamanan berbelanja, faktor keramahan dari pelayan/pramuniaga dan faktor kebersihan tempat. Apabila suatu pasar swalayan mempunyai kelebihan pada faktor-faktor di atas seperti menawankan harga jual relatif murah, pelayanannya memberikan tanggapan yang lebih cepat kepada konsumen, kenyamanan berbelanja yang lebih baik dan menarik, kelengkapan barang-barang yang diperlukan konsumen juga lebih komplit, layanan yang ramah dan kondisi ruangan yang tampak bersih maka konsumen akan memilih dan membeli barang kebutuhannya di pasar swalayan .

MENGEMBANGKAN RISET PEMASARAN

PROSES RISET PEMASARAN

Proses riset pemasaran terdiri dari empat langkah : merumuskan masalah dan sasaran riset, mengembangkan rencana riset, mengimplementasikan rencana riset, dan menginterpretasikan serta melaporkan hasil temuan.
MERUMUSKAN MASALAH DAN SASARAN RISET
Manajer harus cukup mempunyai pengetahuan mengenai riset pemasaran untuk membantu perencanaan dan dalam menginterpretasikan hasil riset. Peneliti pemasaran berpengalaman yang memahami masalah manjer juga harus dilibatkan dalam tahap ini. Peneliti harus mampu membantu manajer merumuskan masalah dan memberi gambaran bagaimana riset dapat membantu manajer mengambil keputusan lebih baik.
Proyek riset pemasaran biasanya mempunyai satu dari tiga jenis sasaran. Sasaran riset penjajakan adalah untuk mengumpulkan informasi pendahuluan yang akan membantu merumuskan masalah dan saran hipotesis yang lebih baik. Sasaran riset deskriptif adalah untuk menguraikan masalah pemasaran, situasi pemasaran, atau pasar seperti potensi pasar untuk suatau produk atau demografi dan sikap konsumen. Sasaran riset sebab-akibat adalah untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab dan akibat.
MENGEMBANGKAN RENCANA RISET
Langkah kedua dari proses riset pemasaran menuntut penetapan informasi yang diperlukan, mengembangkan rencana untuk mengumpulkan secara efisien, dan menyajikan rencana itu kepada manajemen pemasaran. Rencana mengembangkan sumber data yang sudah ada dan menyatakan pendekatan riset spesifik, metode kontak, rencana mengambil sampel dan instrumen yang akan dipergunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data baru.
Mengumpulkan Informasi Sekunder
Untuk memenuhi kebutuhan informasi para manajer, peneliti dapat mengumpulkan data sekunder, data primer, atau keduanya. Data sekunder terdiri dari informasi yang sudah ada di suatu tempat, yang telah dikumpulkan untuk tujuan lain. Data primer terdiri dari informasi yang dikumpulkan untuk tujuan khusus yang telah ditentukan.
Merencanakan Pengumpulan Data Primer
Keputusan yang baik memerlukan data yang baik. Sama seperti para peneliti harus mengevaluasi secara hati-hati mutu informasi sekunder, mereka juga harus berhati-hati ketika mengumpulkan data primer untuk memastikan bahwa informasi itu relevan, akurat, mutakhir, dan tidak bias.
Bahwa merancang rencana pengumpulan data primer memerlukan sejumlah keputusan menyangkut pendekatan riset, metode kontak, rencana pengambilan sampel dan instrumen riset.
Riset pengamatan adalah pengumpulan data primer dengan mengamati orang, tindakan, dan situasi yang relevan. Metode kontak adalah informasi dapat dikumpulkan lewat surat, telepon, atau wawancara tatap muka.
Rencana pengambilan sampel. Peneliti pemasaran biasanya mengambil kesimpulan mengenai kelompok konsumen (jumlahnya banyak) dengan memepelajari sampel dari populasi seluruh konsumen (jumlahnya sedikit).
Suatu sampel adalah segmen dari populasio terpilih untuk mewakili populasi secara keseluruhan.Instrumen penelitian. Untuk mengumpulkan data primer, peneliti pemasaran mempunyai dua instrumen riset utama-kuesioner dan peralatan mekanik.
Menyajikan rencana riset
Pada tahap ini, peneliti pemasaran harus meringkaskan rencana dalam sebuah proposal tertulis. Proposal harus mencakup masalah manajemen yang dituju dan sasaran riset, informasi yang harus diperoleh, sumber informasi sekunder atau metode untuk mengumpulkan data primer, dan caranya hasil akan membantu pengambilan keputusan manajemen. Rencana atau proposal riset tertulis memastikan bahwa manajer pemasran dan peneliti mempertimbangkan semua aspek penting dari riset, serta bahwa mereka sepakat tentang mengapa dan bagaimana riset akan dilakukan.
MENGIMPLEMENTASIKAN RENCANA RISET
Peneliti kemudian mengimplementasikan rencana pemasaran. Termasuk disini, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis informasi. Peneliti harus mengawasi pekerjaan lapangan dengan ketat untuk memastikan bahwa rencana diimplementasikan dengan benar dan untuk menghindari masalah dengan kontak responden, denganresponden yang menolak bekerja sama atau yang memeberikan jawaban bias atau tidak jujur, serta dengan pewawancara yang melakukan kesalahan atau mengambil jalan pintas.
Peneliti harus mengolah dan menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengisolasikan informasi dan hasil temuan penting. Mereka harus memeriksa data dari kuesioner untuk akurasi dan kelengkapan serta memberi kode untuk analisis komputer. Peneliti kemudian melakukan tabulasi hasil dan menghitung rata-rata serta mengukur statistik yang lain.
MENGINTERPRETASIKAN SERTA MELAPORKAN HASIL TEMUAN
Kemudian peneliti harus menginterpretasikan hasil temuan, menarik kesimpulan dan melaporkannya kepada manajemen. Peneliti tidak boleh mencoba untuk menimbun manajer dengan angka dan teknik statistik yang canggih. Sebaliknya, peneliti harus menyajikan hasil temuan penting yang bermanfaat untuk mengambil keputusan penting yang dihadapi oleh manajemen.
Interpretasi merupakan tahap yang penting dalam proses pemasaran. Riset yerbaik tiddak berarti apa-apa bila manajer menerima begitu saja interpretasi salah dari peneliti. Jadi, manajer dan peneliti harus erat bekerja sama ketika membuat interpretasi hasil riset dan keduanya harus sama-sama bertanggungjawab atas proses riset dan keputusan hasil.

MENGEMBANGKAN RISET PEMASARAN

PROSES RISET PEMASARAN

Proses riset pemasaran terdiri dari empat langkah : merumuskan masalah dan sasaran riset, mengembangkan rencana riset, mengimplementasikan rencana riset, dan menginterpretasikan serta melaporkan hasil temuan.
MERUMUSKAN MASALAH DAN SASARAN RISET
Manajer harus cukup mempunyai pengetahuan mengenai riset pemasaran untuk membantu perencanaan dan dalam menginterpretasikan hasil riset. Peneliti pemasaran berpengalaman yang memahami masalah manjer juga harus dilibatkan dalam tahap ini. Peneliti harus mampu membantu manajer merumuskan masalah dan memberi gambaran bagaimana riset dapat membantu manajer mengambil keputusan lebih baik.
Proyek riset pemasaran biasanya mempunyai satu dari tiga jenis sasaran. Sasaran riset penjajakan adalah untuk mengumpulkan informasi pendahuluan yang akan membantu merumuskan masalah dan saran hipotesis yang lebih baik. Sasaran riset deskriptif adalah untuk menguraikan masalah pemasaran, situasi pemasaran, atau pasar seperti potensi pasar untuk suatau produk atau demografi dan sikap konsumen. Sasaran riset sebab-akibat adalah untuk menguji hipotesis mengenai hubungan sebab dan akibat.
MENGEMBANGKAN RENCANA RISET
Langkah kedua dari proses riset pemasaran menuntut penetapan informasi yang diperlukan, mengembangkan rencana untuk mengumpulkan secara efisien, dan menyajikan rencana itu kepada manajemen pemasaran. Rencana mengembangkan sumber data yang sudah ada dan menyatakan pendekatan riset spesifik, metode kontak, rencana mengambil sampel dan instrumen yang akan dipergunakan oleh peneliti untuk mengumpulkan data baru.
Mengumpulkan Informasi Sekunder
Untuk memenuhi kebutuhan informasi para manajer, peneliti dapat mengumpulkan data sekunder, data primer, atau keduanya. Data sekunder terdiri dari informasi yang sudah ada di suatu tempat, yang telah dikumpulkan untuk tujuan lain. Data primer terdiri dari informasi yang dikumpulkan untuk tujuan khusus yang telah ditentukan.
Merencanakan Pengumpulan Data Primer
Keputusan yang baik memerlukan data yang baik. Sama seperti para peneliti harus mengevaluasi secara hati-hati mutu informasi sekunder, mereka juga harus berhati-hati ketika mengumpulkan data primer untuk memastikan bahwa informasi itu relevan, akurat, mutakhir, dan tidak bias.
Bahwa merancang rencana pengumpulan data primer memerlukan sejumlah keputusan menyangkut pendekatan riset, metode kontak, rencana pengambilan sampel dan instrumen riset.
Riset pengamatan adalah pengumpulan data primer dengan mengamati orang, tindakan, dan situasi yang relevan. Metode kontak adalah informasi dapat dikumpulkan lewat surat, telepon, atau wawancara tatap muka.
Rencana pengambilan sampel. Peneliti pemasaran biasanya mengambil kesimpulan mengenai kelompok konsumen (jumlahnya banyak) dengan memepelajari sampel dari populasi seluruh konsumen (jumlahnya sedikit).
Suatu sampel adalah segmen dari populasio terpilih untuk mewakili populasi secara keseluruhan.Instrumen penelitian. Untuk mengumpulkan data primer, peneliti pemasaran mempunyai dua instrumen riset utama-kuesioner dan peralatan mekanik.
Menyajikan rencana riset
Pada tahap ini, peneliti pemasaran harus meringkaskan rencana dalam sebuah proposal tertulis. Proposal harus mencakup masalah manajemen yang dituju dan sasaran riset, informasi yang harus diperoleh, sumber informasi sekunder atau metode untuk mengumpulkan data primer, dan caranya hasil akan membantu pengambilan keputusan manajemen. Rencana atau proposal riset tertulis memastikan bahwa manajer pemasran dan peneliti mempertimbangkan semua aspek penting dari riset, serta bahwa mereka sepakat tentang mengapa dan bagaimana riset akan dilakukan.
MENGIMPLEMENTASIKAN RENCANA RISET
Peneliti kemudian mengimplementasikan rencana pemasaran. Termasuk disini, mengumpulkan, mengolah, dan menganalisis informasi. Peneliti harus mengawasi pekerjaan lapangan dengan ketat untuk memastikan bahwa rencana diimplementasikan dengan benar dan untuk menghindari masalah dengan kontak responden, denganresponden yang menolak bekerja sama atau yang memeberikan jawaban bias atau tidak jujur, serta dengan pewawancara yang melakukan kesalahan atau mengambil jalan pintas.
Peneliti harus mengolah dan menganalisis data yang dikumpulkan untuk mengisolasikan informasi dan hasil temuan penting. Mereka harus memeriksa data dari kuesioner untuk akurasi dan kelengkapan serta memberi kode untuk analisis komputer. Peneliti kemudian melakukan tabulasi hasil dan menghitung rata-rata serta mengukur statistik yang lain.
MENGINTERPRETASIKAN SERTA MELAPORKAN HASIL TEMUAN
Kemudian peneliti harus menginterpretasikan hasil temuan, menarik kesimpulan dan melaporkannya kepada manajemen. Peneliti tidak boleh mencoba untuk menimbun manajer dengan angka dan teknik statistik yang canggih. Sebaliknya, peneliti harus menyajikan hasil temuan penting yang bermanfaat untuk mengambil keputusan penting yang dihadapi oleh manajemen.
Interpretasi merupakan tahap yang penting dalam proses pemasaran. Riset yerbaik tiddak berarti apa-apa bila manajer menerima begitu saja interpretasi salah dari peneliti. Jadi, manajer dan peneliti harus erat bekerja sama ketika membuat interpretasi hasil riset dan keduanya harus sama-sama bertanggungjawab atas proses riset dan keputusan hasil.